
Ini Sejumlah Cara Melanggengkan Rumah Tangga
Surabaya — Jumlah angka pasangan cerai di Indonesia semakin tinggi. Untuk menekannya, perlu ada sejumlah prasyarat yang harusnya dipegang teguh setiap pasangan.
Hal itu diungkapkan Suryani, dosen sekaligus aktivis di berbagai kegiatan sosial. Ia mengungkapkan seringkali memberikan masukan kepada korban perceraian yang disebabkan karena perselingkuhan, perekonomian hingga kekerasan dalam rumah tangga.
“Sebenarnya percerian itu akhir dari sebuah persoalan yang sudah pernah dilalui. Penyebabnya adalah ketidaksetiaan satu sama lain atau sudah tidak ada kepercayaan antara suami istri,” katanya, Rabu (12/12).
Perempuan yang ditemui di ruang Fakulas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini menyatakan, penyebab perceraian lain adalah tingkat kekerasan dalam rumah tangga. Demikian pula salah memilih pasangan, dan krisis perekonomian keluarga.
“Rata-rata kasus perceraian saat ini disebabkan pula karena krisis perekonomian, sehingga banyak dari mereka yang tidak menerima dari situasi dan keadaan tersebut,” jelasnya. Ketidakpuasan dalam menikah juga menjadi faktor utama dalam perceraian, lanjutnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan salah satu dasar berkeluarga tidak hanya peran komunikasi, tapi kepercayaan. “Artinya, satu sama lain saling berhubungan, tidak merasa mendominasi dan tidak ada yang terdominasi karena keluarga adalah bagian dari diri sendiri,” jelasnya.
Yang tidak kalah penting empowermen, saling mendorong dan memberdayakan tujuan hidup. Juga penerimaan, yang mana keluarga harus mengembangkan tugas dan komitmennya agar ekspektasi yang diharapkan tercapai.
Menurutnya, menyesuaikan itu susah. Kalau bisa semangat emosional yang perlu ditambah dalam melakukan menyelesaikan persoalan. “Jadi harus ada ketahanan keluarga baik itu dari laki-laki dan perempuan supaya bisa terbentuk keluarga bahagia,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, pembagian tugas dalam keluarga harus jelas, antara komitmen dan ekspektasinya perlu dijalankan dan dipertegas. Bagaimana melakukan tugas antara suami, istri, maupun anak. “Jika keduanya tidak berjalan, maka akan muncul sebuah konflik dan tekanan yang dapat menyebabkan kondisi itu semakin memburuk sampai stres,” pungkasnya. (Lina/Syaifullah)
Editor :syaifullah
Majalah & Buku




Lihat Produk...
Media
Terkini
> Peduli Bencana Alam, GP Ansor dan Banser Semampir Turun Galang Dana> Menag Tunggu Kepastian Pelaksanaan Ibadah Haji 2021
> KH Afifuddin Muhajir Terima Gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Walisongo
> Innalilahi, Hj Basyiroh Salah Satu Pendiri IPPNU Meninggal Dunia
> Siswa Madrasah Meraih Beasiswa di Yale University
> PMII Rayon Al Farabi UINSA Adakan Aksi Kemanusiaan Peduli Bencana
> Wisata Pulau Penyegat Pesona Gurindam di Tanah Melayu
> Dokter Reisa: Tetap Terapkan Prokes Meski Sudah Divaksinasi
> Travel Haji Umrah Minta Dispensasi Kebijakan Karantina Kepulangan
> Lahirkan Hafidz Muda Kebanggan Pesantren